Kita Punya Rencana Allah Punya Kuasa
Hai! Kembali lagi dengan tulisan saya. Kali ini saya akan menceritakan perjalanan saya mendapatkan universitas dengan jurusan yang saya dambakan sejak SMP. Saat ini saya berada di jurusan Psikologi, seperti mau saya sejak dulu. Kenapa saya memilih Psikologi? Karena saya ingin membantu banyak orang, saya ingin membantu mereka keluar dari masa sulitnya. Saya pun ingin membuktikan bahwa pergi ke psikolog bukanlah hal yang perlu untuk ditakuti. Saya mencintai dunia Psikologi sejak saya duduk di bangku kelas 9 akhir.
Karena saya sudah memiliki apa yang saya cintai, saya pun mulai merancang perjalanan hidup saya di kelas 10 akhir. Dari sana saya mulai mencari universitas yang akan menjadi tujuan saya. Mulai nyicil belajar untuk UTBK. Walau pada kenyataannya banyak kesulitan yang saya hadapi, merasa bosan belajar sendiri, merasa kesulitan membagi waktu antara tugas sekolah dan belajar UTBK. Terlebih saat itu sedang ada masalah besar yang terjadi pada keluarga saya. Saat itu rasanya kepala saya sudah mau meledak. Tak jarang juga saya melontarkan kalimat "Capek hidup" dan tak jarang pemikiran ingin mati terlintas. Namun Alhamdulillah saya dapat melewati semuanya dengan baik.
Sejak kelas 10 akhir itu pula saya mulai sering konsultasi kepada guru BK di sekolah saya. Saya menceritakan rancangan hidup saya, saya memberitahukan tujuan universitas dan jurusan saya, saya pun meminta saran kepada beliau. Dari awal saya sudah mendapatkan peringatan karena universitas dan jurusan tujuan saya merupakan universitas dan jurusan yang memiliki peminat yang tinggi. Saya sempat memutar otak, dan mencari jurusan alternatif dari Psikologi.
Saat itu saya menemukan Sosiologi, Antropologi, bahkan Filsafat. Saya mulai berpikir "Kalau memang bukan Psikologi, seenggaknya masih sejalan." Namun kenyatannya, jika S1 bukan dari Psikologi, S2 tidak bisa mengambil magister klinis. Sedangkan tujuan awal saya mengambil Psikologi adalah untuk nantinya mengambil Magister klinis, dan membuka praktik jika sudah mendapatkan sertifikasi. Akhirnya saya tidak jadi mempertimbangkan jurusan lain, saya fokus mengejar Psikologi.
Pada saat pendaftaran PTN, saya mengikutinya dari SNMPTN sampai seleksi jalur mandiri. SNMPTN saya gagal, karena saya memilih universitas top 10 di Indonesia, dan tidak ada alumni dari sekolah saya di sana, bahkan universitas itu berada di luar domisili saya. Pilihan saya ialah Psikologi UNDIP. Saya tidak terlalu sedih, karena itu memang bunuh diri.
Selanjutnya, saya berjuang untuk SBMPTN, saat itu saya mengikuti les khusus untuk persiapan UTBK. Karena itu juga saya sangat merasa takut tidak lolos lagi di tahap ini. Dan ternyata benar, saya gagal lagi. Di sini saya benar-benar sedih, bahkan sakit hati (?) Skor UTBK saya termasuk tinggi, saya hanya kurang di Sosiologi, itu pun menurut saya hanya kurang sedikit. Ya memang sih, Sosiologi menjadi sub tes prioritas di Psikologi, tapi saya tetap sakit hati. Bahkan sampai saat ini saya belum bisa melupakan rasa sakitnya. Di SBMPTN saya mengisi pilihan 1 Psikologi UNDIP, dan pilihan 2 Psikologi UNJ.
Sebelum pengumuman SBMPTN, saya sudah mendaftar 3 jalur mandiri PTN. UGM, UNDIP, dan UNY. Jalur mandiri UGM itu tes secara offline, dan saya mendapatkan jadwal tes di tanggal 27 Juni sesi siang. Dua hari setelah pengumuman saya berangkat ke Jogja bersama satu sahabat saya dan juga kakak sepupu saya yang saat itu diutus orang tua saya untuk menemani saya dan sahabat saya. Jalur mandiri UNDIP pun tes, namun secara online. Saya mendapatkan jadwal di tanggal 2 Juli sesi pagi. Dan jalur mandiri UNY saya mendaftar yang jalur nilai raport.
Pengumuman UGM di tanggal 12 Juni, dan ya, saya gagal, lagi. Saat itu saya menangis berjam-jam sampai mata saya bengkak seperti digigit serangga. Sudah terlalu banyak uang orang tua yang saya gunakan, tapi tak kunjung ada keberhasilan. Saat itu saya memilih jurusan Psikologi dan Antropologi di mandiri UGM. Saya masih memiliki 2 harapan, dan keduanya pengumuman di hari yang sama, tanggal 13 Juli. Pagi hari di tanggal 13 Juli saya membuka pengumuman mandiri UNY, di mandiri UNY saya memilih jurusan Psikologi dan Ilmu Komunikasi, dan lagi-lagi saya mendapatkan kegagalan. Malamnya saya membuka pengumuman mandiri UNDIP. Hal yang sama saya dapatkan, kegagalan. Di mandiri UNDIP saya memilih jurusan Psikologi dan Antropologi. Sebenarnya saya sedikit bersyukur karena ditolak ketiganya, karena jika saya diterima namun bukan di jurusan yang saya mau, nantinya akan membuat saya bimbang, atau bahkan tidak akan saya ambil.
Setelah membuka pengumuman mandiri UNDIP, saya langsung berucap, "Sudah ma, pa, lanjut PTS." Walaupun saat itu saya merasa sangat tidak enak kepada orang tua saya, tidak ada satu pun yang berhasil saya dapatkan. Saya mendapatkan penolakan di semua jalur. Beruntungnya orang tua dan orang sekitar saya masih selalu mendukung saya. Mereka memberikan kata-kata penenang dan penyemangat. Walaupun kenyataannya kata-kata itu tidak sepenuhnya membuat saya tenang. Pada akhirnya saya mendaftar ke Universitas Gunadarma dengan jurusan Psikologi.
Pada akhirnya, tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Tidak semua perjalanan memiliki rute yang mulus. Tidak semua rencana yang kita rancang menjadi kenyataan, karena pada dasarnya "Kita punya rencana, Allah punya kuasa."
Sekian, terima kasih sudah membaca :)
Komentar
Posting Komentar